Quantcast
Channel: SkyscraperCity
Viewing all articles
Browse latest Browse all 34720

Lima Laras Palace | Batubara | Heritage Building

$
0
0
Quote:

Istana itu sudah tua. Pada 2012, ia tepat berusia 100 tahun (1912-2012). Meski sudah seabad, ia tak begitu masyhur dibandingkan istana-istana peninggalan kesultanan/kerajaan Melayu di Sumatera Timur/Utara, khususnya Istana Maimun di Medan. Jangankan orang luar, mereka yang berasal dari wilayah setempat belum tentu tahu perihal istana ini. Sebab, pada umumnya mereka menyebutnya dengan sebutan ‘rumah datuk’ atau ‘rumah raja’. Ya, tak banyak yang tahu bahwa bangunan ini bernama ‘Istana Lima Laras’.
Lima Laras kini hanya menjadi nama dari sebuah desa yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara. Batu Bara sendiri kini lebih dikenal sebagai pengekspor aluminium yang dieksplorasi oleh Indonesia melalui Badan Usaha Milik Negara, PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).
Di negeri yang sudah ada sejak 1720 M ini, berdiam lima suku atau klan, yakni Lima Laras, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh, dan Bogak yang dipimpin oleh seorang datuk [semacam kepala suku yang kedudukannya di bawah sultan atau raja]. Dahulu kala, Batu Bara adalah bagian dari Kerajaan Siak dan Johor.
Pendatang yang banyak berada di Batu Bara adalah mereka yang beretnis Jawa, yang pada 2010, seperti dilansir oleh koran Medan Bisnis (28/12/2010), mencapai 43 persen dari jumlah penduduk Batu Bara yang berjumlah sekitar 370 ribu jiwa. Mereka, yang kini mengorganisir diri menjadi Pujakesuma (Putera Jawa Kelahiran Sumatera), merupakan keturunan dari kaum yang dikenal sebagai ‘Jawa Kontrak’ yang dibawa dan bekerja untuk pengusaha perkebunan Belanda pada akhir abad 19 dan awal abad 20.
Di tempat inilah Istana Lima Laras didirikan oleh Datuk Muhammad Yuda, yang biasa dikenal sebagai Datuk Matyoeda Sridiraja, raja dari Kerajaan Lima Laras XII. Secara garis keturunan, Datuk Matyoeda Sridiraja adalah anak dari Datuk Haji Djafar Raja Sri Indra. Datuk Matyoeda memiliki cucu yang bernama Datuk Muhammad Azminsyah, 72 tahun, yang sampai sekarang masih hidup dan menjadi “penjaga” sekaligus Pemangku Adat Melayu Istana Lima Laras. Azminsyah masih menyimpan sebagian kecil harta benda peninggalan Kerajaan Lima Laras, seperti tempayan ukiran naga, barang pecah belah, pedang, dan tombak. Dari Azminsyah-lah orang bisa mendapatkan informasi seputar Istana Lima Laras. Sebab, sumber informasi literatur yang khusus membahas dan mengupas Istana Lima Laras dan Kerajaan Lima Laras boleh dikata sangat sedikit.
Di zamannya, bangunan yang didirikan oleh Datuk Matyoeda Sridiraja ini disebut ‘Istana Niat Lima Laras’. Nama ini lebih didasarkan pada sebuah niat, itikad, dan nazar dari Datuk Matyoeda Sridiraja manakala perniagaannya “selamat” sekembalinya dari Malaka (Penang) menuju Asahan, tepatnya Batu Bara. Perniagaan Datuk Matyoeda adalah berupa kopra, damar, dan rotan. Hasil alam ini dibawa dengan kapal besar sampai ke Malaka, Singapura, Thailand.

Pembangunan istana yang memiliki 28 pintu dan 66 jendela ini diperoleh dari hasil perniagaan sebesar 150 ribu gulden dengan tenaga yang diambil dari negeri Tiongkok.









Sources:

http://www.lenteratimur.com/100-tahu...na-lima-laras/

http://http://bingkaisumatera.blogspot.com/

http://www.antaranews.com/

http://smaharapan1medan.sch.id/

Viewing all articles
Browse latest Browse all 34720

Trending Articles